#navbar-iframe{opacity:0.0;filter:alpha(Opacity=0)} #navbar-iframe:hover{opacity:1.0;filter:alpha(Opacity=100, FinishedOpacity=100)}

Sunday, October 11, 2009

Kebangkrutan Media Cetak AS


Salah satu perusahaan media cetak di AS yaitu Tribune Co menyatakan secara resmi bahwa perusahaan kedua terbesar terbesar di AS tersebut sedang menghadapi krisis finansial. Terancam bangkrutnya perusahaan yang dimiliki oleh Sam Zell ini akhirnya mengumumkan bahwa krisis ekonomi global yang melanda dunia saat ini telah memberikan imbas yang negatif kepada perusahaannya. Sam Zell, yang merupakan pengusaha yang juga merupakan pengusaha di sektor properti mengalami keterpukulan yang berlipat setelah sektor properti AS juga tidak luput terkena dampak krisi global.

Perusahaan yang tercatat memiliki beberapa media cetak seperti Chicago Tribune, Los Angeles Times, Newsday, Hartford Courant, Orlando Sentinel, dan The Morning Call memberikan keterangan bahwa ancaman kebangkrutan sekian nyata menjelang akhir kuartal keempat. Turunnya penjualan dan meningkatnya biaya operasional atau produksi membuat perusahaan media cetak mengalami kerugian yang cukup besar dalam 2 kuartal terakhir.

Kerugian Total 13 Miliar Dollar

Sepanjang tahun 2008, kerugian yang dialami oleh Tribune Co tercatat telah mencapai 13 miliar dollar atau senilai Rp 156 triliun. Tingginya tingkat krugian tersebut diperoleh dari anjloknya pendapatan perusahaan sepanjang tahun ini. Pendapatan total Tribune Co dari kuartal ke kuartal semakin menunjukkan tren yang negatif. Hingga akhirnya pada kuartal ketiga yang lalu hanya memperoleh pendapatan total sebesar 1 miliar dollar atau senilai dengan Rp 12 triliun. Bahkan pada bulan November yang lalu, Tribune Co mengalami kerugian sebesar 124 juta dollar atau senilai dengan Rp 14,8 triliun. Bandingkan dengan pendapatan bulan November tahun lalu yang sempat melonjak sebesar 84 juta dollar atau senilai dengan Rp 10,08 triliun.

Selain menderita kerugian, Tribune Co juga terbebani dengan besarnya hutang perusahaan yang mulai muncul sejak kuartal kedua tahun ini. Sampai dengan saat ini, besaran hutang Tribune Co telah mencapai kisaran 512 juta dollar atau senilai Rp 61,44 triliun. Besarnya jumlah hutang tersebut disebabkan oleh melonjaknya beban perusahaan yang diperoleh dari imbas meningkatnya biaya bahan baku kertas yang mengalami pelonjakan seiring dengan meningkatnya harga minyak mentah kala itu.

Pihak Tribune juga menyatakan bahwa, permasalahan bukan hanya berakhir pada besarnya jumlah hutang perusahaan. Namun juga mengenai rencana pengurangan tenaga kerja yang dimiliki oleh Tribune Co. Perusahaan multi operasi yang menguasai media mulai dari media cetak dan media televisi ini direncanakan akan mengurangi tenaga kerjanya hingga mencapai 200 orang pekerja. Mengenai jumlah pasti tenaga kerja yang akan dikurangi pihak Tribune Co belum memberikan kepastian secara detail. Langkah ini diambil oleh pihak manajemen guna mengurangi beban yang semakin membengkak. Menurut Sam Zell, dengan adanya penguarangan tenaga kerja dalam waktu dekat ini makan perusahaan akan diuntungkan minimal sebesar 1 miliar dollar atau sebesar Rp 12 triliun.


Kabar mengenai besarnya kerugian yang dialami oleh Tribune Co secara langsung memberikan kejutan bagi masyarakat AS. Perusahaan yang besar melalui media cetak dan selanjutnya menguasai media elektronik seperti ABC, NBC dan CBS ini memperlihatkan bahwa bisnis media tidak luput dari dampak krisis global. Perusahaan yang berdiri pada tahun 10 Juni 1847 ini mengawali bisnisnya dengan membuat sebuah harian surat kabar Chicago Tribune.

Read more...

Tuesday, June 9, 2009

Teori – teori Dalam Komunikasi Massa



The bullet theory of communication ( teori peluru )
Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai effek komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle thory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.
Wilbur Schramm pada tahun 1950 an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Tetapi pada tahun 1970 an Scrhamm meminta pada khalayak peminatnya agar teori peluru komunikasi itu tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya tersebut didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang – kadang peluru itu tidak menembus. Adakalanya efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak.
Sementara itu Raymond Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif,mereka bandel (stubborn).Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu melakukan interpretasi sesuai dengan predisposisi dan kebutuhannya.

Teori Komunikasi Pada Tahap Selanjutnya

1. Four Theory of The Press ( Empat Teori Pers )
Tiga orang cendekiawan Amerika, masing – masing Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm pada tahun 1956 menerbitkan sebuah buku dengan judul “Four Theory of The Press”. Yang pada mulanya hanya sebagai teori pers akan tetapi seiring perkembangan jaman maka dapat disebut juga sebagai teori media massa.
Empat teori pers ini, yaitu :
Authoritarian theory ( teori otoriter )
Aplikasi teori ini dimulai pada abad 16 di Inggris, Prancis, dan Spanyol yang pada zaman berikutnya meluas ke Rusia, Jerman, Jepang, dan negara – negara lain di Asia dan Amerika Latin.
Menurut Fred S. Siebert teori otoriter menyatakan bahwa hubungan media massa dengan masyarakat ditentukan oleh asumsi – asumsi filsafat yang mendasar tentang manusia dan Negara. Dalam hal ini tercakup : (1) sifat manusia, (2) sifat masyarakat, (3) hubungan antara manusia dengan Negara, dan (4) masalah filsafat yang mendasar, sifatpengetahuan dan sifat kebenaran.
Libertarian Theory ( teori libertarian )
Seperti halnya teori otoriter, teori liberal juga dikemukakan oleh Fred S. Siebert. Ditegaskan olehnya bahwa untuk memahami prinsip – prinsip pers dibawah pemerintahan demokratik, seseorang harus memahamj filsafat dasar dari liberalisme yang dikembangkan pada abad 17 dan 18.
Manusia menurut faham liberalisme adalah hewan berbudi pekerti dan merupakan tujuan bagi dirinya sendiri. Kebahagiaan dan kesejahteraan seseorang adalah tujuan masyarakat, dan manusia sebagai organisme berpikir mampu mengorganisasikan dunia sekelilingnya dan mampu membuat keputusan – keputusan untuk memajukan kepentingannya.
Soviet Communist Theory ( teori komunis soviet )
Schramm berpendapat bahwa pengawasan terhadap media massa harus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas, sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain – lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini, kelas buruh tidak akan mempunyai akses pada saluran – saluran komunikasi. Kelas buruh harus mempunyai sarana komunikasi sendiri.
Sosial Responsibility Theory ( teori tanggung jawab social )
Dasar pemikiran utama dalam teori ini adalah bahwa kebebasan dan kewajiban berlangsung secara beriringan, dan pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis, berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan fungsi – fungsi tertentu yang hakiki.
2. Individual Differences Theory ( teori perbedaan individual )
Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan – perbedaan di antara individu – individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan effek tertentu.
Menurut teori ini individu – individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama pada kepentingannya, konsisten terhadap sikap – sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai – nilainya. Tanggapannya terhadap pesan – pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi,efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.
3. Social Categories Theory ( teori kategori social )
Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menempilkan teori ini mengatakan bahwa teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kategori sosial pada masyarakat urban-industrial yang perikakunya ketika diterpa perangsang- perangsang tertentu hampir seragam.
Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri – ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya, orientasi dan perilakuakan berkaitan pada suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam.
4. Social Relationship Theory ( teori hubungan social )
Menurut Melvin L. DeFleur hubungan social secara informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa. Orang yang sering terlibat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut dengan pemuka pendapatsebagai terjemahan dari opinion leader, karena segera dijumpai bahwa mereka berperan penting dalam membantu pembentukan pengumpulan suara dalam rangka pemilihan umum.mereka tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga interprestasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima.
5. Cultural Norms Theory ( teori norma budaya )
Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanan – penekanannya pada tema tertentu. Menciptakan kesan – kesan pada khalayak dimana norma – norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu, dibentuk dengan cara – cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh norma – norma budayamengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.
6. Sosial Learning Theory ( teori belajar secara social )
Teori belajar secara sosial yang ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses – proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Dia juga menyatakan bahwa social learning theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru, dan sahabat karib. Dalam belajar secara social langkah pertama adalah perhatian (attention) terhadap suatu peristiwa.
7. Diffusion of Innovation Model ( model difusi inovasi )
Everett M. Togers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan – pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama.
Unsur – unsur utama difusi ide adalah inovasi, yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, dalam jangka waktu tertentu, diantara para anggota suatu sistem sosial.
Ciri – ciri inovasi menurut Rogers :
a. relative advantage ( keuntungan relatif )
b. compatibility ( kesesuaian )
c. complexity ( kerumitan )
d. trialability ( kemungkinan dicoba )
e. observability ( kemungkinan diamati )
8. Agenda Setting Model (Model Penataan Agenda )
Agenda setting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E. Mc. Combs dan D.L. Shaw pada tahun 1972. kedua pakar tersebut mengatakan bahwa ” jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”.
Smentara itu Manhein dalam pemikirannya tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu :
1. agenda media, dimensi :
- visibility ( jumlah dan tingkat menonjolnya berita )
- audience salience ( tingkat menonjol bagi khalayak )
- valence ( cara pemberitaan berita )
2. agenda khalayak, dimensi :
- familiarity ( keakraban )
- personal salience ( penonjolan pribadi )
- favorability ( kesenangan )
3. agenda kebijaksanaan, dimensi :
- support ( dukungan )
- likelihood of action ( kemungkinan kegiatan )
- freedom of action ( kebebasan bertindak )
9. Uses And Gratifications Model ( model kegunaan dan kepuasan )
Pendekatan uses and gratifications untuk pertama kali diperkanalkan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artike sebagai reaksiknya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagaipersuasi.
Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya adalah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk tujuan khusus.
10. Clozentropy Theory ( teori Clozentropy )
Istilah clozentropy merupakan paduan dari close procedure dari W.L Taylor dan entropy dari teori komunikasi yang disampaikan oleh Claude E. Shannon dan W. Weaver. Penelitian dengan landasan teori ini dilakukan karena ternyata disatu pihak komunikasi internasional mencakup pesan – pesan dari Negara A dalam bahasa X diterjemahkan kedalam bahasa Y ketika disampaikan ke Negara B, akan tetapi dilain pihak ada komunikasi internasional yang tidak memerlukannya.

Read more...

Friday, March 6, 2009

Efek Komunikasi Massa


Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia.

Donald K Robert mengungkapkan, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya adalah pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa.

Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa seseorang baik secara langsung mapun tidak langsung. Oleh karena itu, Stamm menyatakan “efek komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary effect.

Menurut Steven M Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau atau dengan istilah lain dikenal sebagai observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.

1. Efek Kehadiran Media Massa

Mc Luhan mengemukakan media is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh karena itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Menurut Steven M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu :

a. Efek Ekonomi, kehadiran media massa memberikan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa.

b. Efek Sosial, berkatian dengan perubahan pada struktur atau interaksi social sebagai akibar dari kehadiran media massa

c. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari, Kehadiran media massa membuat aktivitas sehari-hari berpangaruh terhadap adanya media. Di pagi hari, biasanya masyarakat kota membaca Koran dahulu, Di malam hari, dimana anak-anak seharusnya tidur, tapi malah menonton tv.

d. Efek Hilangnya Perasaaan Tidak Nyaman, orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, perasaan kesepian, marah, kesel, kecewa dan sebagainya.

e. Efek menumbuhkan Perasaan Tertentu, terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negative terhadap media tertentu. Misalnya orang akan mempunyai perasaan positif terhadap Koran Kompas dari pada Koran Pos Kota. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengna pengalaman individu bersama media massa tersebut.

2. Efek Pesan

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, efek behavioral.

a. Efek Kognitif

Akibat yang timbul pada diri komunikasn yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

Dengan berlangganan Koran Pos Kota, kita akan menduga bahwa dunia ini dipenuhi denga tindakan perkosaan, penganiyaan dan criminal. Dengan melihat acara criminal di televisi, kita cenderung mengatakan bahw di sekitar kita sudah tidak aman lagi. Dengan demikian jelaslah bahwa naik surat kabar maupun televise dapat menonjolkan situasi atau orang tertentu di atas situasi atau orang yang lain.

Media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang, bias dan tidak cermat. Media massa melaporkan dunia nyata secara selektif maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang, bias dan tidak cermat.

Efek Prososial Kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televise menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik da benar, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Film Sesame Street yang dirancang para pendidik, psikolog dan ahli media massa. Setelah melalui berbagai penelitian, terbukti film ini telah berhasil mempermudah proses belajar.

b. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tingga daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan tertawa keras ketika menyaksikan adegan lucu. Tetapi para peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain :

- Suasana emosional, menonton sebih sinetron di televisi atau membaca novel akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya dalam keadaan senang.

- Skema Kognitif, merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Kita tau bahwa dalam sebuah film action ‘sang jagoan; pada akhirnya akan menang.

- Suasana Terpaan (Setting Exposure), Tayangan misteri di tv, membuat kita berpikir bahwa kehidupan mahluk itu adalah sebagaimana yang kita lihat dalam film atau sinetron tersebut.

- Predisposisi Individual, mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang melankolis cenderung menanggapi trahdi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang akan senang bila melihat adegan-adegan lucu atau film komedi daripada orang yang melankolis. Beberapa pnelitian membuktikan bahwa acra yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda.

- Faktor Identifikasi, menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca atau pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh tersebut.



c. Efek Behavioral

Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan di TV membuat orang menjadi beringas. Siaran memasak di tv membuat ibu-ibu lebih gemar memasak dan kreatif. Namun ada juga laporan bahwa, televise gagal mendorong pemirsanya untuk menabung di Bank. Film tidak sanggup memotivasi remaja perkotaan untuk menghindari pemakaian obat-obat terlarang.

Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa tidak bergantung hnaya pada unsure stimulus yang ada pada media massa saja. Kita memerlukan teori, menuut teori belajar Sosial dari bandura, orang cenderungmeniru prilaku yang diamati. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya. Penyajian kekerasan dalam media massa menyebabkan orang melakukan kekerasan pula. Jadi sejauh ini, tampaknya teori belajar sosial dapat diandalkan untuk menjelaskan efek behavioral media massa.



II Sosial Media Massa

Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini public untuk membawakannya pada perubahan yang signifian. Kampanye nasional larangan merokok di tempat-tempat umum memiliki kekuatan pada pertengahan tahun 1990-an dengan membanjirnya berita-berita tentang bahaya merokok bagi perokok pasif. Disini secara instant media massa dapat membentuk kristalisasi opini public untuk melakukan tindakan tertentu. Kadang-kadang kekuatan media massa hanya sampai pada ranah tertentu.

Dominick menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa, terutama televise yang menjadi agen sosialiasasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.

Read more...

Tuesday, March 3, 2009

Pengertian dan Fungsi Teori Dalam Komunikasi



Pengertian dan Fungsi Teori Dalam Komunikasi

Pengertian Teori

Penjelasan gejala alam secara cermat sehingga kita dapat melakukan prediksi. Bila penjelasan ini telah diuji berkali – kali dan terbukti benar, penjelasan ini dinamakan teori. Kerlinger ( dalam Jalaludin, 2000;06 ) menyebutkan bahwa teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Definisi di atas melukiskan ciri – ciri teori ilmiah. Secara terinci teori ilmiah ditandai olej hal – hal berikut (dalam Jalaludin, 2000;06 ) :

1. Teori terdiri dari proporsisi – proporsisi. Proporsisi adalah hubungan yang terbukti di antara berbagai vatiabel. Proporsisi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk ”jika, maka”.

2. Konsep – konsep dalam proporsisi telah dibatasi pengertiannya secara jelas. Pembatasan konsep ini menghubungkan abstraksi dengan dunia empiris.

3. Teori harus mungkin diuji, diterima atau ditolak kebenarannya. Pembatasan pengertian konsep yang dipergunakan menyiratkan kemungkinan pengujian teori.

4. Teori harus dapat melakukan prediksi. Teori agresi dapat meramalkan bahwa bila guru selalu menghambat tingkah laku anak, frekuensi agresi akan bertambah.

5. Teori harus dapat melahirkan proporsisi – proporsisi tambahan yang semula tidak diduga.

Fungsi Teori

Ada bermacam – macam fungsi teori dari beberapa ahli. Seperti yang diungkapkan oleh Littlejohn yang menyatakan 9 fungsi dari teori, yakni :


1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukan secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan yang diperoleh dari pola atau hubungan itu kemudian disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.


2. Memfokuskan. Teori pada dasarnya menjelaskan tentang sesuatu hal, bukan banyak hal.


3. Menjelaskan. Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Misalnya mampu menjelaskan pola-pola hubungan dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu.


4. Pengamatan. Teori tidak sekedar memberi penjelasan, tapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya, berupa konsep-konsep operasional yang akan dijadikan patokan ketika mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori.


5. Membuat predikasi. Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public relations dan media massa.


6. Fungsi heuristik atau heurisme. Artinya bahwa teori yang baik harus mampu merangsang penelitian selanjutnya. Hal ini dapat terjadi apabila konsep dan penjelasan teori cukup jelas dan operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


7. Komunikasi. Teori tidak harus menjadi monopoli penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka terhadap kritikan-kritikan, yang memungkinkan untuk menyempurnakan teori. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.


8. Fungsi kontrol yang bersifat normatif. Asumsi-asumsi teori dapat berkembang menjadi nilai-nilai atau norma-norma yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.


9. Generatif. Fungsi ini terutama menonjol di kalangan pendukung aliran interpretif dan kritis. Menurut aliran ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.

2. Paradigma – paradigma dalam Ilmu Komunikasi

Usaha untuk mengelompokkan teori – teori dan pendekatan kedalam sejumlah paradigma yang dilakukan sejauh ini telah menghasilkan pengelompokan yang sangat bervariasi. Kinloch (1977), contohnya, mengidentifikasi sekurangnya ada 6 paradigma atau perspektif teoretikal (Organic paradigm, Conflict paradigm, Social Behaviorism, StructureFunctionalism, Modern Conflict Theory, dan Social-Psychological paradigm). Tetapi Crotty (1994) mengelompokkan teori-teori sosial antara lain ke dalam Positivism, Interpretivism, Critical Inquiry, Feminism, dan Postmodernism. Burrel dan Morgan (1979), telah mengelompokkan teori – teori dan pendekatan dalam ilmu – ilmu sosial ke dalam 4 paradigma : Radical Humanist Paradigm, Radical StructuralisParadigm, Interpretive Paradigm, dan Functionalist Paradigm. Namun bahasan mereka tidak secara jelas menunjukkan implikasi metodologi dari masing – masing paradigma. Sementara itu Guba dan Lincoln (1994) mengajukan tipologi yang mencakup 4 paradigma : Positivism,Postpositivism,Critical Theories et al,dan Constructivism, masig – masing dengan implikasi metodologi tersendiri ( Hidayat, 2003;02 ).

Tetapi sejumlah ilmuwan sosial lain melihat positivism dan postpositivism bisa disatukan sebagai classical paradigm karena dalam prakteknya implikasi metodologi keduanya tidak jauh berbeda. Karena itu pula, untuk mempermudah kepentingan bahasan tentang implikasi metodologi dari suatu paradigma, maka teori – teori dan penelitian ilmiah komunikasi cukup dikelompokkan ke dalam 3 paradigma, yakni : 1) Classical Paradigm ( yang mencakup positivism dan postpositivism ), 2) Critical Paradigm, dan 3) Constructivism Paradigm ( Hidayat, 2003;02-03 ).

TIGA PERSPEKTIF / PARADIGMA ILMU SOSIAL

PARADIGMA

KLASIK

PARADIGMA KONSTRUKTIVISME

PARADIGMA

TEORI – TEORI KRITIS

Menempatkan ilmu sosial seperti halnya ilmu-ilmu alam dan fisika, dan sebagai metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan deductivelogic dengan pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan – atau memperoleh konfirmasi tentang – hukum sebab akibat yang bisa digunakan memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu.

Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku sosial dalam setting keseharian yang alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara / mengelola dunia sosial mereka.

Mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap ”the real structures” dibalik ilusi, false needs, yang dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk suatu kesadaran sosial agar memperbaiki dan merubah kondisi kehidupan manusia

( Hidayat, 2003;03 )

3. Hubungan Teori Dalam Penelitian Ilmiah Komunikasi

Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dengan suatu perencanaan yang seksama. Perencanaan ini dalam bidang ilmiah mana pun mengikuti suatu logika yang sama, karena pada pokoknya suatu perencanaan merupakan serentetan petunjuk – petunjuk yang disusun secara logis dan sistematis. Suatu perencanaan yang baik membutuhkan pemikiran yang seksama, sehingga sering kali memakan waktu yang jauh lebih lama daripada diperkirakan semula. Namun waktu dan pemikiran yang digunakan itu tak akan sia – sia, karena diterimanya usul suatu penelitian atau berhasil tidaknya penelitian itu, sebagian besar ditentukan dengan perencanaannya.

Suatu perencanaan liputan dapat dibagi ke dalam delapan lagkah sebagai berikut : (1) pemilihan persoalan; (2) penentuan ruang lingkup; (3) pemeriksaan tulisan – tulisan yang bersangkutan; (4) perumusan kerangka teoritis; (5) penentuan konsep – konsep; (6) perumusan hipotesa – hipotesa; (7) pemilihan metode pelaksanaan penelitian; (8) perencanaan sampling ( Koentjaraningrat, 1985;14 )

Sehingga dapat terlihat bahwa adanya keterkaitan erat antara teori komunikasi dengan sebuah penelitian ilmiah. Dikarenakan sebuah teori merupakan salah satu pondasi dimana seseorang akan membangun sebuah konstruksi penelitian ilmiah.

Read more...

Wednesday, January 28, 2009

FATWA MUI, Kontrol Sosial Ataukah Pemborgolan HAM



Fatwa MUI, Kontrol Sosial Ataukah Pemborgolan HAM

Baru - baru ini MUI mengeluarkan fatwa bahwa merokok, golput, serta senam kesehatan yoga adalah haram. Fatwa yang disampaikan oleh Ketua MUI KH Ma’ruf Amin menelurkan berbagai kontroversi di masyarakat. Bagaiamana tidak Fatwa tersebut merujuk kepada pemborgolan Hak Asasi Manusia akan tetapi dilain pihak fatwa tersebut nyaring didengungkan sebagai bentuk perlawanan terhadap bahaya asap rokok, dan kemurnian agama.

Menilik dari fatwa haram merokok yang dikeluarkan MUI tersebut terlihat bahwa pandangan MUI sebagai Majelis Islam sangat sempit dan terlalu subyektif. Merokok merupakan sebuah konstruksi yang terjadi di masyarakat secara budaya turunan. Masyarakat Indonesia sekarang ini masih dalam pola meniru. Jika dalam sebuah keluarga ada yang perokok pasif maka besar kemungkinan terdapat peniruan dari generasi berikutnya. Sebagai contoh jika seorang ayah menjadi perokok, 80% anaknya bisa menjadi perokok pula. Dan yang lebih parah dari itu adalah para generasi baru atau anak - anak tersebut telah melakukan perbuatan haram. Ingat bahwa jika melakukan perbuatan haram di agama Islam ganjarannya adalah neraka. Sungguh ironi sekali.

Disamping itu apakah MUI melihat jutaan buruh rokok yang ada di Indonesia? Mereka yang sebagian besar adalah pemeluk agama islam menggantungkan hidupnya demi selinting tembakau yang mereka buat. Tetapi apakah buruh tersebut tahu yang mereka kerjakan adalah produk yang haram? Betapa tragisnya jika seluruh buruh tersebut kehilangan pekerjaan atau mengundurkan diri akibat fatwa tersebut. Tidak semudah itu melabelkan "haram" kepada sesuatu.

Dalam peng-"haram"-an golput pun demikian. Golput merupakan akibat adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan. Dan mereka merujuk kepada tidak menggunakan hak pilihnya atas demokrasi yang sedang panas - panasnya bergulir di Indonesia. Masyarakat bebas menggunakan hak pilihnya atau tidak dalam pesta demokrasi tersebut. Ini sangat tidak pas jika para golput difatwakan menjadi haram. Apalagi jika dari sebagian besar para golput tersebut adalah para umat Islam yang taat. Belum lagi dengan senam yoga, apakah bisa dicap haram semudah itu, walaupun MUI telah merujuk dengan surat - surat yang ada di Al-quran tetapi apakah pas jika diterapkan di negara ini. Mencari kesehatan adalah hak dari seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh masyarakat dunia.

Fatwa - fatwa MUI tersebut sekiranya kurang pas dan ganjil jika melihat pluralitas yang ada di Indonesia. Masih bersikap subyektif terhadap segala sesuatu hal yang bersifat agama. MUI masih berpandangan ekstrem terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Seharusnya MUI lebih melihat ke hal - hal yang bersangkutan dengan fenomena yang terjadi di departemen agama, disana masih banyak tindak korupsi! Atau sekalian memberi fatwa "haram" kepada Departemen Agama.



Read more...

Tuesday, January 20, 2009

Obama


Suksesi Obama

Semalam tadi Presiden terpilih Amerika Serikat Barack "Hussein" Obama resmi menjadi pemegang tampuk pemerintahan Amerika. Sekitar 240.000 undangan menjadi saksi pengangkatan presiden Amerika ke - 44 tersebut. tepat pukul 12.00 waktu setempat atau jm 24.00 WIB Obama mengangkat sumpah menjadi presiden.

Dengan disiarkan langsung oleh CNN Obama memberikan pidato resmi presiden pertamanya di Capitol Hill. Pidato tersebut mengangkat tema akan memberantas pengangguran bagi kaum Amerika, mengimbau para penduduk untuk cermat menghadapi krisis finansial global, serta menantang para teroris secara langsung. Ia menambahkan bahwa Amerika merupakan negara yang kuat dan mampu memberantas masalah terorisme global. baik dengan dialog yang mementingkan kepntingan masing - masing ataupun dengan kekuatan Amerika yang super power.

Dalam hal ini Obama dapat menjalankan misi yang yang super sulit dan menjadi tanggung jawab yang berat. Bagaimana tidak selain dia harus mencuci piring bekas pesta buruk "bush" yang menyisakan banyak noda. Kebijakannya juga berpengaruh bagi seluruh negara berkembang. Yang menjadi pertanyaan, apakah seorang anak menteng ini dapat melakukan perubahan yang dinantikan itu semua?? Ataukah hanya janji - janji surga yang Ia lontarkan dikampanye semata?

Fakta yang terjadi adalah Ia meraup keuntungan dari kampanye kemarin lebih dari $40 juta dollar yang sebagian besar dari perusahaan software raksasa google. Dengan biaya tersebut Obama dapat seperti pisau bermata dua. Menjalankan sebuah pemerintahan yang berimbas keberbagai negara, khususnya adanya pemberhentian perang irak yang telah menewaskan lebih dari 1400 warga Irak. Ataukah akan menambah berbagai Invansi lain ke negara - negara potensial penghasil minyak dunia. Hal ini bisa kita lihat kedepan. Apakah akan terjadi perdamaian global ataukah Where Next Invansion...

Read more...

Thursday, January 15, 2009

SUKSES Adalah Berani Bermimpi


Sukses Adalah Berani Bermimpi

Semua orang pasti menginginkan sukses dan berhasil. Tetapi apakah yang dinamakan sukses itu ? Banyak orang yang menginginkan bisa menjadi sukses tetapi tidak jelas arti atau definisi kata sukses sendiri. Sebagian besar sukses diidentifikasikan dengan uang dan jabatan. Apakah sesempit itu kita akan mengartikannya. Lalu, apa sih yang dimaksud dengan sukses ?

Seorang Re – Educator & Mind Navigator, Adi W. Gunawan mengatakan sukses sebenarnya bukanlah suatu tempat atau tujuan akir. Sukses adalah perjalanan hidup berdasarkan peta yang kita rancang sendiri sejalan dengan tingkat kesadaran kita pada saat itu. Saat seseorang berkata bahwa ia sukses maka yang ia maksudkan sebenarnya adalahia telah mencapai suatu tahap tertentu dalam perjalanan hidupnya.

Namun jika seseorang bersikukuh bahwa ia sudah sukses maka pada saat ituia telah gagal. Mengapa ? Karena dengan sikap mental seperti itu maka sebenarnya ia telah berhenti berkembang. Peta hidup yang kita rancang sebaiknya meliputi berbagai aspek kehidupan agar hidup menjadi lebih seimbang. Yang meliputi di dalamnya aspek spiritual ( berhubungan dengan keyakinan kita ) , finansial, bisnis dan karier, keluarga, pengembangan diri, refresing, materi ilmu pengetahuan dan sosial. Jika hidup diibaratkan dengan sebuah roda maka pencapaian pada setiap aspek kehidupan sama seperti ruji yang menghubungkan poros dan roda.

Bila panjang masing – masing ruji tidak sama maka bisa dibayangkan bagaimana putaran roda kehidupan, berantakan dan tak teratur. Sering kali, hanya mengejar salah satu aspek saja, orang mengorbankan aspek lainnya. Keadaan ini menjadikan hidup tidak seimbang dan malah justru merugikan.

Memperbarui peta kehidupan

Sesuai dengan apa yang didefinisikan diatas, maka kita perlu selalu memperbarui peta kehidupan kita. Apa yang dulunya dipandang sebagai hal yang penting dalam kehidupan seiring dengan perkembangan tingkat kesadaran dan spiritusl seseorang, akirnya menjadi kurang atau bahkan menjadi tidak penting lagi. Begitu pula sebaliknya, hal yang dulunya tidak penting kini menjadi sangat penting untuk dicapai.

Sukses merupakan sebuah perjalanan diri dari satu titik ke titik berikutnya dengan akselerasi kita masing – masing. Sukses adalah perjalanan dengan titik awal namun tanpa titik akhir. Dan untuk mencapai sukses kita harus mengembangkan peta kehidupan kita dengan cara berani bermimpi. Tetapi, mimpi disini bukan berarti mimpi kita disaat kita tertidur pulas, mimpi disini adalah sebuah angan – angan atau hal – hal yang ingin kita capai dalam hidup kita. Sebuah dorongan dari dalam untuk melakukan dan meraihnya dengan kemampuan kita masing – masing. Banyak orang yang ber-mimpi sesaat setelah mereka selesai kuliah dan masuk ke kehidupan nyata karena akhirnya sadar akan ”realita” kehidupan.

Bermimpi kini merupakan suatu kecakapan yang sulit diajarkan dan dipelajari. Banyak orang yang sudah tidak mempunyai keberanian untuk bermimpi atau memikirkan impian mereka. Apakah diwaktu mendatang harus ada sebuah kurikulum yang mewajibkan seorang pelajar untuk bisa bermimpi untuk kehidupannya, atau hanya sebuah jalan bebal yang menggiring manusia menjadi robot

Untuk itulah kenapa kita harus berani bermimpi. Mencoba berkhayal untuk masa depan dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Karena disitulah letak sukses yang sesungguhnya.

Read more...

Tuesday, January 6, 2009

POSITIVISME


1. Komunikasi menurut pandangan positivisme

Dalam pandangan positivisme komunikasi diartikan sebagai proses linear atau proses sebab akibat dimana proses pengiriman pesan untuk mengubah suatu pengetahuan dan diikuti dengan adanya perubahan sikap dan perilaku. Model komunikasi yang diterapkan adalah komunikasi satu arah yang menggunakan perpektif mekanistis. Metodologi alam digunakan dalam merumuskan data dan menyimpulkan kebenaran. Model komunikasi mekanistis merupakan model yang dipengaruhi oleh positivisme atau sosiologi.

- Metode Ilmu Alam :

Adanya jarak antara pengamat dan obyek yang diamati, sehingga obyak penelitian adalah fakta netral dan menjadikan kesimpulan yang ditarik cenderung apa adanya. Obyek dapat dimanipulasi dalam eksperimen untuk menemukan pengetahuan menurut model sebab akibat. Hasil manipulasi adalah pengetahuan dengan hukum – hukum yang niscaya atau cenderung tetap (jika..., maka...)

2. Sejarah Positivisme :

Sejarah positivisme dipelopori oleh 2 pemikir dari Perancis yaitu Henry Sain Simon 1760 – 1825 dan Auguste Comte 1798 – 1857. Comte membangun studi ilmiah terhadap masyarakat Perancis ( sosiologi ) berdasar prinsip ilmu alam. Lalu dikembangkan untuk melawan filsafat negatif dan destruktif. Comte mengkritik filsuf ”pencerahan” yang masih bergelut pada khayalan metafisika.

Gagasan Comte terdiri dari 3 tahap perkembangan sejarah manusia, yaitu : teologis, metafisis, positivis. Positivisme yang dikembangkan Comte disebut positivisme Sosial, Ia meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui penerapan ilmu – ilmu positiv. Dari gagasan tersebut kemudian muncul Positivisme Evolusioner yang dipelopori oleh Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer yang menyakini bahwa interaksi manusia dengan alam semesta sebagai penentu kemajuan.

Pada tahun 1920 muncul Positivisme Logis di Austria yang dipelopori oleh Rudolph Carnapp, Alfredd Ayer, dan Bertrand Russel yang menitik beratkan bahwa aliran positivisme fokus pada logika dan bahasa ilmiah.

3. Gagasan Positivisme

Gagasan – gagasan positivisme yang dikembangkan para pemikir cenderung melihat berdasarkan apa yang berdasarkan fakta obyektif, nyata, pasti, tepat, dan berguna sehingga memiliki kesahihan yang mutlak. Mereka mencoba melihat bahwa pengetahuan tentang suatu benda dapat dipakai meramalkan benda itu di masa datang. Demikian pula pengetahuan tentang masyarakat, dengan demikian ilmu sosial dapat membantu penciptaan susunan masyarakat sesuai teori. Prinsipnya ”Savoir Pour Prevoir” atau mengetahui untuk meramalkan. Dengan merujuk pada hukum deduktif – nomologis.

Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan pada asumsi – asumsi :

1. Ontologis

Adanya realisme , ilmu pengetahuan yang bertujuan menemukan hukum – hukum kausalitas. Merupakan realisme naif atau obyektivistik.

2. Epistemologi

Adanya dualisme, teori menggambarkan semesta apa adanya tanpa keterlibatan nilai subjektif peneliti.

3. Metodologi

Adanya eksperimental, dengan menyusun hipotesis.

Doktrin positivisme adalah kesatuan ilmu, bahwa keabsahan ilmu harus disandarkan pada kesatuan metode dan bahasa. Kriteria batas – batas ilmu pengetahuan : 1) Prosedur ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu sosial. 2) Hasil riset dapat dirumuskan dalam hukum – hukum. 3) Ilmu sosial harus bersifat teknis dan bersifat bebas nilai (tidak bersifat etis, tidak terkait dengan dimensi politik ).

Tiga prinsip positivisme :

  1. Prosedur ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu sosial.
  2. Hasil riset dapat dirumuskan dalam hukum – hukum.
  3. Ilmu sosial harus bersifat teknis dan bersifat bebas nilai ( tidak bersifat etis, tidak terkait dengan dimensi politik )

Ciri – ciri positivisme :

  1. Bebas nilai : nilai – nilai pengamat tidak dilibatkan ketika melakukan pengamatan, sehingga kesimpulan ”apa adanya”
  2. Fenomenalisme : apa yang diamati merupakan fenomena belaka
  3. Nominalisme : kebenaran terletak pada penamaan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
  4. reduksionisme : menyederhanakan kenyataan menjadi fakta – fakta yang dapat direduksi.

Read more...

Followers

link list

Page Rank Checker
Page Rank Checker is a free tool to check the page rank of any web site easily, without the need to install Google toolbar. This tool also allows you to display the page rank value of your web site right on your web pages.

Hosting

CO.CC:Free Domain Free Website Hosting

  ©Template by Dicas Blogger.